Willibrordus Surendra Broto
Rendra adalah penyair ternama yang sering dijuluki sebagai
"Burung Merak". Dia lahir di Surakarta, 7 November 1935. Ayahnya yang bernama R. Cyprddianus Sugeng
Brotoatmodjo adalah seorang guru Bahasa Indonesddia dan Bahasa Jawa di Sekolah
Katolik, Surakarta. Sedangkan ibunya yang bernama Raden Ayu Catharina
Ismadillah adalah penari serimpi di
keraton Surakarta.
Rendra menghabiskan masa kecilnya hingga
dewasa di kota kelahirannya itu. Dia memulai pendidikannya dari Taman Kanak-Kanak
Susteran, masuk tahun 1942; SMP Bruderan, masuk tahun 1948; dan SMA St. Josef ,
masuk tahun 1952. Setamat SMA
dia pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di
Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu dia pergi ke
Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak
menyelesaikan kuliahnya, dia
tidak berhenti untuk belajar.
Pada tahun 1954 dia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di
Amerika, dia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Dia juga
mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan
pemerintah setempat.
Bakat sastra Rendra sudah
mulai terlihat ketika dia duduk di bangku SMP. Saat itu dia sudah mulai menunjukkan
kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek, dan drama untuk berbagai kegiatan
sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata dia juga piawai di atas panggung. Dia
mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang
sangat berbakat. Ddia petama
kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat.
Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada
saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu
terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya,
terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an.
“Drama di Pasar Pon” maupun
sandiwara radionya “Dataran Lembah Neraka” dan sebuah drama panggung
“Orang-Orang di Tikungan Jalan” menunjukkan perhatiannya kepada kehidupan
sehari-hari yang tidak banyak digubris. Kemudian dia mulai menulis puisi dalam
bentuk balada, yang kemudian dikumpulkan dalam Ballada Orang-Orang Tercinta (1957), entah disadari atau tidak, dia
telah mengenalkan bentuk puisi baru ke dalam khasanah sastra Indonesddia.
Kumpulan puisi selanjutnya adalah “Empat Kumpulan Sajak” dan “Sajak-Sajak
Sepatu Tua”, banyak membicarakan tentang masa romantik Rendra dan istrinya,
Sunarti Soewandi, yang terkenal sebagai penyanyi seriosa. Setelah itu kumpulan
puisi “Blues untuk Bonnie” muncul. Keterlibatan Rendra dengan masalah-masalah
masyarakat menjadi nyata. Pada saat itulah dia dijadikan bahan gunjingan banyak
orang dari berbagai sudut. Dia dikagumi sebagai seniman terkemuka dalam bidang
puisi dan teater sekaligus orang yang dipandang terlibat dengan masalah
politik. Akan tetapi, seperti tampak pada ulasan tentang lakon “Mastodon dan
Burung Kondor”, Rendra sebenarnya sama sekali tidak berpolitik. Dia justru
menjauhi segala macam ideologi. Berbagai lakon yang dibuatnya mencoba menyindir
berbagai persoalan permainan kekuasaan yang aneh di negeri ini.
“Kaki Palsu” adalah drama pertamanya,
dipentaskan ketika dia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama
pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu dia sudah duduk
di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk berkarya. Kemudian dia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta dan di Depok pada tahun 1967.
Rendra tidak termasuk ke dalam
salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau
Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa dia mempunyai kepribadian
dan kebebasan sendiri.
Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam
negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke
dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India.
Dia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya
The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki
International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival,
Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival,
Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival,
Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).
Untuk kegiatan seninya, Rendra
telah menerima banyak penghargaan, antara lain Hadiah Pertama Sayembara
Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,
Yogyakarta (1954); Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956); Anugerah Seni dari
Pemerintah Republik Indonesia (1970); Hadiah Akademi Jakarta (1975); Adam Malik
Award (1989); SEA Write Award (1996); Penghargaan Pusat Pembinaan &
Pengembangan Bahasa (1996); dan Penghargaan Jos Kaj Tyl (Kedutaan Besar Ceko)
tahun 1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar