Senin, 31 Desember 2012

Sinopsis Biografi : W S Rendra

-->
Willibrordus Surendra Broto Rendra adalah penyair ternama yang sering dijuluki sebagai "Burung Merak". Dia lahir di Surakarta, 7 November 1935.  Ayahnya yang bernama R. Cyprddianus Sugeng Brotoatmodjo adalah seorang guru Bahasa Indonesddia dan Bahasa Jawa di Sekolah Katolik, Surakarta. Sedangkan ibunya yang bernama Raden Ayu Catharina Ismadillah  adalah penari serimpi di keraton Surakarta.
 Rendra menghabiskan masa kecilnya hingga dewasa di kota kelahirannya itu. Dia memulai pendidikannya dari Taman Kanak-Kanak Susteran, masuk tahun 1942; SMP Bruderan, masuk tahun 1948; dan SMA St. Josef , masuk tahun 1952. Setamat SMA dia pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu dia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya, dia tidak berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 dia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, dia mendapat beasiswa dari American Academy of  Dramatical Art (AADA). Dia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.
Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika dia duduk di bangku SMP. Saat itu dia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek,  dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata dia juga piawai di atas panggung. Dia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat. Ddia petama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an.
“Drama di Pasar Pon” maupun sandiwara radionya “Dataran Lembah Neraka” dan sebuah drama panggung “Orang-Orang di Tikungan Jalan” menunjukkan perhatiannya kepada kehidupan sehari-hari yang tidak banyak digubris. Kemudian dia mulai menulis puisi dalam bentuk balada, yang kemudian dikumpulkan dalam Ballada Orang-Orang Tercinta (1957), entah disadari atau tidak, dia telah mengenalkan bentuk puisi baru ke dalam khasanah sastra Indonesddia. Kumpulan puisi selanjutnya adalah “Empat Kumpulan Sajak” dan “Sajak-Sajak Sepatu Tua”, banyak membicarakan tentang masa romantik Rendra dan istrinya, Sunarti Soewandi, yang terkenal sebagai penyanyi seriosa. Setelah itu kumpulan puisi “Blues untuk Bonnie” muncul. Keterlibatan Rendra dengan masalah-masalah masyarakat menjadi nyata. Pada saat itulah dia dijadikan bahan gunjingan banyak orang dari berbagai sudut. Dia dikagumi sebagai seniman terkemuka dalam bidang puisi dan teater sekaligus orang yang dipandang terlibat dengan masalah politik. Akan tetapi, seperti tampak pada ulasan tentang lakon “Mastodon dan Burung Kondor”, Rendra sebenarnya sama sekali tidak berpolitik. Dia justru menjauhi segala macam ideologi. Berbagai lakon yang dibuatnya mencoba menyindir berbagai persoalan permainan kekuasaan yang aneh di negeri ini.
 “Kaki Palsu” adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika dia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu dia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk berkarya. Kemudian dia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta dan di Depok pada tahun 1967.  
Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa dia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.
            Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India. Dia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).
Untuk kegiatan seninya, Rendra telah menerima banyak penghargaan, antara lain Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954); Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956); Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970); Hadiah Akademi Jakarta (1975); Adam Malik Award (1989); SEA Write Award (1996); Penghargaan Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa (1996); dan Penghargaan Jos Kaj Tyl (Kedutaan Besar Ceko) tahun 1997.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar